Tentang Kisah Asma binti Abu Bakar R.A

Di dalam sebuah hadis riwayat Imam Bukhari, diceritakan bahwa Asma R.A berkisah: "Ketika saya menikah dengan Zubair r.a, dia tidak memiliki harta apapun. Tidak memiliki tanah, tidak memiliki pembantu untuk meringankan pekerjaan, juga tidak memiliki sesuatu apapun. Yang kami miliki hanyalah seekor unta yang biasa digunakan untuk membawa air dan rumput juga seekor kuda.Saya yang menumbuk kurma untuk makanan hewan-hewan tadi. Saya yang mengisi tempat air sendiri, apabila embernya pecah maka saya pula yang memperbaikinya sendiri. Selain itu, saya yang merawat kuda, mencarikan rumput dan memberikannya makan. Saya mengerjakan pekerjaan rumah tangga seorang diri. Dan yang paling sulit adalah memberi makan kuda.

Karena saya kurang pandai membuat roti, maka biasanya saya hanya mencampurkan gandum dengan air kemudian saya bawa kepada seorang wanita Anshar untuk dimasaknya. Dia adalah wanita yang sangat ikhlas dan dialah yang memasakkan roti untuk saya.

Selain taat pada Allah dan Rasul-Nya, Asma merupakan seorang yang pekerja keras,Asma pun mengurus segala keperluan keluarganya sendirian. Sekalipun bukan termasuk orang yang banyak memiliki harta, Asma dikenal sebagai orang yang dermawan. Ia sering kali menyedekahkan harta yang dimilikinya. Suatu saat, ia pernah menasihati keluarganya untuk selalu bersedekah. Asma berkata, “Janganlah menunggu kelebihan harta untuk bersedekah. Apabila engkau menunggu sisa dari hartamu untuk sedekah, sementara kebutuhan bertambah banyak , hartamu akan habis untuk memenuhi kebutuhanmu sendiri" Apabila hartamu disedekahkan di jalan Allah, insyah Allah kamu tidak akan mengalami kerugian”.


Asma Selalu Menjaga Kehormatan Dirinya Dan Perasaan Suaminya

Ketika Rasulullah SAW hijrah ke madinah, maka beliau telah menghadiahkan sebidang tanah kepada Zubair r.a yang letaknya kurang lebih 2 mil dari Madinah. Lalu kami menanam pohon-pohon kurma di atas tanah itu. Pada suatu hari saya sedang berjalan di kebun sambil membawa kurma yang saya letakkan di atas kepala saya. Tiba-tiba saya berjumpa dengan Rasulullah dan beberapa sahabat Anshar yang sedang menunggang unta. Rasulullah SAW " menghentikan untanya setelah melihat saya ! Kemudian beliau mengisyaratkan saya agar menaiki unta beliau. Saya merasa sangat malu dengan kaum lelaki lainnya dan saya merasa sangat khawatir karena suami saya Zubair r.a sangat pencemburu ( Sehingga asma r.a pun menolaknya ). Saya khawatir dia akan marah. Rasulullah SAW memahami perasaan saya hingga akhirnya beliau kembali melanjutkan perjalanan dan meninggalkan saya.

Kemudian saya segera pulang ke rumah dan sesampainya di sana saya menceritakan kejadian tadi pada suami saya. Saya berkata bahwa saya khawatir suami saya akan cemburu dan marah kepada saya. Zubair r.a berkata : "Demi Allah saya lebih cemburu kepadamu yang selalu membawa kurma-kurma di atas kepalamu sedangkan saya tidak dapat membantumu".

Di tengah kesulitan hidup yang dialaminya, Asma R.A tetap menjaga perasaan sang suami. Ia takut jikalau sang suami cemburu yang seterusnya akan mendatangkan kemarahannya melihat Ia diberi tumpangan unta oleh Rasulullah SAW. Ia lebih memilih untuk pulang jalan kaki menempuh jarak 2 mil ketimbang mengorbankan perasaan sang suami.

Beda halnya dengan muslimah-muslimah yang sudah bersuami di zaman sekarang ini. Saling menjaga perasaan mungkin sudah tidak berlaku lagi. Jangankan ada yang menawari tumpangan, tak ada yang menawari pun sang muslimah mengajukan diri untuk ikut serta dibonceng .

Lihatlah bagaimana Asma R.A tidak menolak untuk menikah dengan Zubair R.A padahal saat menikah, Zubair R.A tidak memiliki harta apa pun kecuali seekor unta dan kuda. Dan lihatlah betapa Asma R.A mau bersusah payah mengerjakan pekerjaan rumah tangga yang begitu berat. Tidak pernah terlintas di benaknya untuk mengajukan gugatan cerai pada sang suami. Tidak pula pekerjaannya dibarengi dengan keluh kesah dan kemarahan akan ketidakmampuan sang suami menyenangkan hidupnya.

Mungkin kita dijaman sekarang sudah sulit untuk meniru kepribadianya, tetapi setidaknya kita berfikir bahwa kita dituntut untuk selalu beryukur atas apa yang kita miliki dan di anugerahkan kepada kita.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar